INSERTMALUT.COM – Sebelas masyarakat adat Maba Sangaji kini mendekam dalam tahanan, di paksa bungkam, bukan karena salah, melainkan karena teguh berdiri pada kebenaran, menjaga tanah sejarah.
Slogan para petinggi “Tambang adalah Solusi” Tapi makin kesini mereka berkoalisi dengan para korporasi. Tanah Halmahera di jarah, atas nama kemajuan, menjanjikan kesejahteraan untuk rakyat. Tapi yang terjadi sampai hari ini hanya krisis yang dibungkus kertas legalitas dan janji manis para politisi.
Hari ini, perlawanan ini lahir dari kemanusiaan yang telah lama ditelanjangi. Menuntut kebebasan saudara-saudara yang di kriminalisasi. Aktivitas tambang tak beradab, lebih baik berhenti!
Aparat menjaga ketat gedung tinggi, bercat putih. Di dalam sana, tempat para pengambil kebijakan duduk manis pangku kaki. Mereka seolah tutup mata, ketika ibu Halmahera menangis, kehilangan harga diri, di meja-meja perundingan yang dipenuhi bahasa kekuasaan, jauh dari adab, apalagi keadilan.
Dan, kita harus tetap melawan, sebagai manusia yang sadar atau diam sebagai orang yang gagal memanusiakan. Memilih untuk diam berarti turut mengiyakan penindasan.
Di negeri yang membiarkan perampasan hak dasar, keberpihakan tidak bisa lagi di gantung dalam tenggorokan, dunia harus mendengar, harus di teriakan dengan lantang, “bebaskan masyarakat adat, tumbangkan pertambangan, hentikan kerakusan tak beradab!” ***
Oleh: Rahmawati Usman
“Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Khairun Ternate”