INSERTMALUT.COM – Seperti yang kita ketahui raja ampat merupakan tempat wisata yang cukup populer di kalangan pariwisata di indonesia. Selain juga raja ampat adalah keajaiban alam yang bahkan di akui dunia. Laut jernih, terumbu-terumbu karang yang melimpah, dan ribuan spesies ikan hidup di sana. Namun kini raja ampat di ancam punah dengan adanya pembangunan tambang nikel yang mencemarkan lingkungan.
Pemerintah membuka izin bagi pertambangan nikel di wilayah yang selama ini dijaga ketat sebagai kawasan konservasi. Dengan alasanya pemerintah mengatakan “kebutuhan nikel untuk mendukung transisi energi dunia, terutama untuk baterai kendaraan listrik”. Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam rantai pasok global ini.
Aktivitas penambangan yang terjadi terutama di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, membawa risiko ekologis yang tinggi, dapat mencemari laut, merusak ekosistem terumbu karang yang ada dan mempengaruhi populasi ikan yang sudah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di sana. Selain itu, penurunan atau degradasi lingkungan di Raja Ampat berarti hilangnya potensi pariwisata berkelanjutan. Ekspolitasi di lakukan tambang yang bersifat temporer itu tidak dapat memberikan manfaat ekonomi yang jauh lebih lestari.
Kita perlu bertanya kembali apakah aktivitas penambangan yang bersifat sesat harus kah kita relakan masa depan raja ampat? Jawaban dari saya jelas tidak. Karena pengalaman dari banyak daerah lain menunjukkan bahwa tambang membawa dampak permanen seperti kerusakan lingkungan, pencemaran laut, dan bahkan konflik sosial. Jika Raja Ampat rusak, kita kehilangan potensi pariwisata berkelanjutan, dan kehilangan sebuah keajaiban dunia. Indonesia sebagai negara mega-biodiversitas perlu menimbang ulang prioritasnya. Apakah akan mempertahankan kawasan seperti Raja Ampat sebagai warisan dunia, atau mengorbankannya demi kepentingan industri ekstraktif.
Mari bersuara. Mari jaga Raja Ampat agar tetap menjadi warisan alam bagi generasi mendatang, bukan sekadar lubang tambang yang ditinggalkan. Stop!!! Melakukan penambangan jika mau indonesia di kenal dunia. (*)
Oleh: sahrul rustam
“Mahasiswa Unkhair Fakultas Pendidikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia”